Postingan

Mengejar si Kucing Lincah

Lariku tak mampu bersanding dengan langkah ringanmu itu Terseok- seok dengan nafas berat, tak sanggup mengejar sang kucing lincah Apakah awan menertawakanku dari atas sana?  Sakit yang abstrak,  Bibir membisu,  Hati berkecamuk,  Haruskah kutinggalkan mimpi untuk menjadi setara?  Hadiah apa yang akan Tuhan berikan atas perbedaan ini,  Masa depan yang cerah seperti bunga mekar di musim semi?  Ataukah ribuan hikmah bagai buih di lautan? 

happy ending

u were crying  imagining a future without me and i am crying knowing the future is actually fine without me at the end, i'm not your happy ending

an imperfect creature

 i was about to say sorry to myself for being me for making mistakes for being a crybaby for having flaws for easily give up i'm an imperfect human i was wondering, will someone accept me thoroughly?  i was sorry for myself for making mistakes, without appreciate it as a way to learn new things i was sorry for myself for being crybaby, without appreciate it as a strong sign i was sorry for myself for being a full-of-flaw human, without remembering that no one is perfect i was sorry for myself for being a loser, easily give up, without noticing that i'm strong, i've been survive all these time in the end, i'm the one who hates me the most.. 

overdosis

  “Tak bosankah kau membicarakannya?” Gumam temanku yang sudah muak dengan semua ucapan kagumku untuknya   Iya, aku selalu jatuh cinta pada sosokmu Mungkin dosis cintaku terlalu berlebihan Hingga aku mabuk ketika mendengar namamu   Jika hatiku hancur karena overdosis mencintaimu Kuyakin wajah teduhmu akan menjadi penawarnya   Sayang, Sudikah kau menjadi obat penawarku? Dikala rindu dan cinta ini tak terbendung dan memabukanku..

abstrak

Lembaran kenangan indah yang menyisakan rindu dalam hatiku Upaya yang telah kita lakukan kini hanya tersimpan sebagai memori Tak apa, aku tetap senang mengingatnya Aku rindu diriku yang kompetitif, Meraih mimpi tanpa rasa skeptis Namun nyatanya kini aku hanyalah mayat yang terombang ambing dalam ombak keraguan Kuakui sungguh berat perjuangan tanpa dukungan Namun tak ada celah untukku menyerah Bukankah diriku dimasa depan menginginkan sesuatu yang harus dicapai? Perjalanan mereka yang terlalu jauh tak lagi bisa kulihat Karena aku tertinggal jauh di belakang, Menyebut nama mereka pun aku tak mampu Bisakah aku mengejar? Meski mereka mengatakan hidup bukan tentang perlombaan Namun bagaimana dengan lingkunganku yang memacu diriku untuk terus berlari meski dengan duri dalam setiap langkahku? Sungguh, aku tak ingin menyerah…

naif

  Terlalu naif untuk mengatakan aku tak kesepian, Namun, terlalu menyedihkan jika mengatakan aku membutuhkan teman.   Ketakutan untuk dibenci lebih besar Dibanding keinginan untuk dicintai, Terlalu lelah untuk memulai sesuatu yang akan usai, Terlalu sibuk untuk mengurus perasaan fana.   Tak ada yang ingin disampaikan, Melainkan rasa yang abstrak.

izinkan aku..

 Jiwa dan raga yang haus akan rehat Sekitar yang memaksa kembali untuk berlari Sejauh-jauhnya.   Aku mampu mengizinkan diriku untuk rehat Aku mampu mengendalikan anganku yang kuat Pun aku mampu untuk mempertahankan eunoia yang melekat.   Namun, Tak ada kata “wajar” bagi sekitarku, Tak ada izin untukku beristirahat untuk sejenak.   “Bukankah semua orang bekerja keras?” Benar, tapi hasil untukku tidaklah instan. Bukan sekarang, bukan besok, melainkan lain waktu saat aku sudah siap.   Tak perlu menunggu lama, Aku hanya ingin rehat sejenak, Berjarak dengan lingkungan, Tanpa dimintai jawaban yang ku sendiri bingung kepastiannya.

wanodya

 Wanodya yang terperangkap bersama badai yang berkecamuk dalam sendu yang puspas Menghanyutkannya  dalam  angin sesak yang tak bisa dilawan,  Hatinya ingin berontak,  Namun bahkan netranya tak mampu ia buka,  Berusaha menikmati duka dalam kasarnya arus badai,  Ia tak baik- baik saja,  Asa yang tinggi bersama harap untuk menggapai mimpi yang ia rangkai dalam rangkulannya,  Kini hancur lebur bersama sang badai yang tak bisa ia kendalikan.  Badai,  Meredalah,  Ia ingin melawan arus dan melangkahkan kakinya menuju ruang harap. 

jenuh.

 Kejenuhan,  Rasa yang tak mungkin bisa kutolak dalam setiap proses hidupku,  Rasa yang mengobrak- abrik konsistensi yang sudah dibangun sejak awal.  Rasa yang paling ingin aku musnahkan dalam hidup..  Namun, tanpa jenuh,  Tak lagi ada ambisi yang perlu diperkuat,  Tak lagi ada motivasi yang perlu ditonton,  Tak lagi ada semangat yang harus diperbarui.  Sejatinya, setiap rasa adalah anugerah,  Yang harus selalu aku hargai.  Tak ubahnya dengan jenuh,  Yang mendorongku untuk memperkuat visi, memperkokoh motivasi, dan mengevaluasi misi.  :) 

asmara

 Kukira asmara di usia remaja adalah keharusan, Realitanya, hal itu hanyalah ujian. Jatuh bangun kurasa, Waktu demi waktu, Pengulangan dalam kisah asmara hanyalah menjadi sesuatu yang monoton. Mencintai, yang tak pernah berujung dengan bukti, menjadi hal biasa. Meski tak dapat kusangkal alasannya, "Kita terlalu muda, untuk mewujudkan cinta yang sesungguhnya." Karena itu, bisakah kau menjauh? Hilanglah dari netra ku, Janganlah sekalipun menyapaku kembali hanya untuk menjadi distraksi. Jika kau berkata cintamu besar, Mimpiku lebih besar, Dan hadirmu, hanya membuatnya ambyar.